Postingan

Menampilkan postingan dengan label Refleksi

Capaian Pembelajaran

Gambar
A. Capaian Pembelajaran Salam dan bahagia ibu dan bapak guru!! Selamat datang kembali pada topik kurikulum. Untuk lebih memahami Bagaimana prinsip dan gambaran kurikulum prototipe, pada materi kali ini kita akan belajar mengenai capaian pembelajaran capaian pembelajaran atau CP. CP merupakan kompetensi dan karakter yang ingin dicapai setelah menyelesaikan pembelajaran dalam kurun waktu tertentu. Capaian pembelajaran setara dengan kompetensi inti. Dan kompetensi dasar pada kurikulum 2013 kurikulum prototipe mengusung konsep merdeka belajar, sehingga capaian pengajaran pun disusun dengan memperhatikan tahapan-tahapan perkembangan murid sesuai usianya.  Capai pembelajaran dirancang berdasarkan fase bukan pertahun. Satu fase memiliki rentang 1-3 tahun. Dengan begitu rentang waktu untuk murid mencapai penguasaan kompetensi lebih lama. Murid dan guru punya waktu yang lebih leluasa untuk mengembangkan kompetensi dan memperdalam pemahaman pada kurikulum prototipe. Capaian pembelajaran dibagi m
Refleksi Pemikiran Nasaruddin Umar tentang Gender Baca di sini

Nasaruddin Umar: Iqra' 2

Refleksi terhadap Pemikiran Nasaruddin Umar بسم ﷲ الرحمن الرحيم IQRA' 2 Ada hal yang jarang di bahas didalam kitab tafsir dan jarang pula dibahas dalam pengajian, padahal amat sangat penting.  Mengapa malaikat Jibril menggunakan kalimat perintah _iqra'_ hingga tiga kali. Tidak mungkin sosok seperti Jibril mubazir dalam kata. Pasti ada makna dibalik itu. Rasulullah sepertinya juga bingung ketika menerima perintah "membaca". Lantas beliau menjawab "maa ana bi Qari" (saya bukan pembaca). Secara ilmu semantik _Qara'a_ merupakan suatu kosa kata yang tidak familiar di bangsa Arab pada waktu itu. Karena _Qara'a_ itu padanan katanya _kataba_. _Qara'a_  berarti membaca kitab suci sementara dunia Arab tidak pernah turun kitab sebelumnya.  Rasanya tidak bisa diterjemahkan bahwa nabi Muhammad Saw itu buta huruf hanya karena memahami iqra' yang diartikan "maa ana bi Qari" (saya bukan pembaca). Apa kita bangga dipimpin

Nasaruddin Umar: Iqra'

Refleksi terhadap Pemikiran Nasaruddin Umar بسم اﷲ الرحمن الرحم IQRA' _Iqra '_ merupakan simbol ilmu pengetahuan, sedangkan _Bi ismi rabbik_ sebagai simbol agama. Iqra' tanpa _bi ismi rabbik_ atau _bi ismi rabbik_ tanpa iqra ' terbukti tidak mengangkat martabat manusia. Menguntip pendapat Prof. Hull dalam _History and Philosophy of science_, Prof Nasaruddin Umar memaparkan bahwa siklus pergumulan antara agama dan ilmu pengetahuan terjadi setiap 6 (enam) abad: Abad VI SM - I M: Ditandai dengan lahirnya tokoh filsafat Yunani terkemuka seperti Tales, Pyitagoras, Aristoteles dan Plato. Tokoh agama hampir tidak ditemukan Abad I M - VI M: Diawali lahirnya Nabi Isa, periode ini ditandai merosotnya popularitas filsuf/ilmuan dan menguatnya peran penguasa yang berkoalisi dengan Gereja yang mengaku wakil Tuhan di bumi. Mengkaji ilmu pengetahuan menjadi petaka bila bertentangan dengan pendapat Gereja. Abad VI M - XII M: Diawali dengan lahirnya Nabi

Nasaruddin Umar: Maqam-maqam Spiritual; Dari Religiousness ke Religious Minded

Refleksi terhadap Pemikiran Nasaruddin Umar بسم اﷲ الرحمن الرحم _Maqam-maqam Spiritual; Dari Religiousness ke Religious Minded_ Dalam tradisi Islam ada dua model seseorang didalam menampilkan sikap keagamaannya. Pertama model Religiousness dan kedua Religious Minded Sikap Religiousness cenderung memandang agama secara Hitam-Putih. Pandangan ini mendekati garis keras, suasana batin ini lebih berpotensi berbenturan dengan golongan yang tidak sepaham dengan keyakinannya Pola keagamaan Religious Minded cenderung lebih terbuka dan tidak khawatir kemanapun pergi dan apapun yang dikerjakan sepanjang tidak melanggar prinsip ajaran agama. Jalan hidup tidak hanya Hitam-Putih melainkan ada sejumlah warna lain yang dimungkinkan dalam Islam Keagamaan Religious Minded lebih relevan untuk dikembangkan sesuai dengan sabda Rasulullah Saw: _" Hikmah atau kebajikan ada dimana-mana, dimana pun anda temukan ambillah karena itu milik Islam" _ Wa Allahu al muwafiq ila aqwa

Arkoun dan Kritik Ortodoksi Ajaran Islam

Zaman beralih musim bertukar (sesuatu itu hendaklah disesuaikan dengan peralihan masa), inilah peribahasa yang dapat mewakili pemikiran dari seorang pemikir Islam, Arkoun. Intelektual Aljazair kelahiran 1 Februari 1928 ini mengingatkan akan tanggung jawab para ulama dan pemikir Islam yang berkewajiban dalam memahami dan menafsirkan kembali ajaran Islam yang relevan dengan perkembangan zaman. Pemikiran Arkoun tentang interpretasi Al-Qur'an merupakan respon dari kegelisahan Arkoun terhadap standarisasi dari pembukuan dan pembakuan ajaran Islam oleh para ulama terdahulu hingga sekarang yang belum mengalami perubahan yang begitu signifikan, bahkan doktrin tersebut masih dipelajari pada masa sekarang. Padahal kehidupan manusia selalu berubah dari masa ke masa. Keprihatinan Arkoun terhadap ajaran agama yang ortodoks terukir jelas dalam bukunya yang berjudul "Rethinkkink Islam: Common Question, Uncommon answer, today". Arkoun berkata: "Saya tidak mengatakan bahwa Al-Qu

Pembaharuan Pemikiran Muhammad Arkoun

Arkoun dan Akar Epistemologi Islam Muhammad Arkoun (2.1928), adalah seorang tokoh intelektual Muslim. Secara cemerlang, Arkoun mengakui dirinya sebagai sejarawan-pemikir dan bukan sejarawan-pemikiran. Karena menurutnya sejarawan-pemikir tidak hanya bertutur “tentang” sejarah pemikiran belaka secara pasif, tapi juga aktif bertutur “dalam” sejarah. Pengakuan Arkon sebagai sejarawan-pemikir dapat dilihat dari tutur Arkon “dalam” sejarah atau keadaan umat yang terjadi saat ini yang tengah mengalami keterbalakangan. Kegelisahan Arkoun yang mewarnai disetiap pemikirannya merupakan respon dari keprihatinan Arkoun tarhadap peradaban Islam yang Ortodoksisme (paham yang menekankan pada penafsiran nash-nash yang pasti dan benar, sehingga menganggap penafsiran yang lain adalah salah). Arkoun begitu menyesalkan   pembakuan dan pembukuan doktrin ajaran Agama yang dilakukan oleh para ulama Abbasiyah yang dianggap sebagai standarisasi. Arkoun menilai Standarisasi dari pembakuan dan pembuk