Nasaruddin Umar: Iqra' 2

Refleksi terhadap Pemikiran Nasaruddin Umar

بسم ﷲ الرحمن الرحيم

IQRA' 2

Ada hal yang jarang di bahas didalam kitab tafsir dan jarang pula dibahas dalam pengajian, padahal amat sangat penting. 

Mengapa malaikat Jibril menggunakan kalimat perintah _iqra'_ hingga tiga kali. Tidak mungkin sosok seperti Jibril mubazir dalam kata. Pasti ada makna dibalik itu.

Rasulullah sepertinya juga bingung ketika menerima perintah "membaca". Lantas beliau menjawab "maa ana bi Qari" (saya bukan pembaca).

Secara ilmu semantik _Qara'a_ merupakan suatu kosa kata yang tidak familiar di bangsa Arab pada waktu itu. Karena _Qara'a_ itu padanan katanya _kataba_.
_Qara'a_  berarti membaca kitab suci sementara dunia Arab tidak pernah turun kitab sebelumnya. 

Rasanya tidak bisa diterjemahkan bahwa nabi Muhammad Saw itu buta huruf hanya karena memahami iqra' yang diartikan "maa ana bi Qari" (saya bukan pembaca). Apa kita bangga dipimpin oleh seorang Nabi yang buta huruf. Orang super cerdas seperti Nabi Muhammad mustahil tidak bisa membaca. Rasul mengatakan "ma ana bi Qari". Karena bangsa Arab bukanlah bangsa pembaca kitab suci sebagaimana Palestina yang menjadi pusat turunnya kitab suci sebelumnya.

Jibril mengulangi _Iqra'_ hingga tiga kali. Kemudian Jibril mengatakan _Iqra' bi ismi rabbika al ladzi khalaq_ 
Pengulangan _iqra'_ dalam tafsir isyary menafsirkan bahwa terdapat makna yang terkandung dibalik pengulangan kata iqra' tersebut. Dalam tafsir tersebut mengungkapkan makna iqra' yang pertama adalah How to read, iqra'kedua adalah How to learn, iqra' ketiga adalah How to understand, iqra' keempat adalah How to meditate.

Iqra' pertama (How to read)
Membaca hanya sekedar membaca untuk mencapai target termasuk iqra'yang pertama.

Iqra' kedua (How to learn)
Iqra' kedua berupaya memahami apa yang dibaca, tidak hanya sekedar kejar target dalam membaca.

Iqra' ketiga (How to understand)
Iqra' ketiga ini tidak hanya melibatkan intelektual saja dalam membaca tetapi juga melibatkan emosional. Pada iqra' ketiga sudah mampu menggali makna di balik apa yang dibaca. Analoginya ketika seseorang melihat foto orang tuanya ataupun orang yang dicintainya, maka yang dilihat bukan sekedar foto melainkan pengorbanan dan cinta kasih yang diberikan oleh orang tsb. Demikian pula ketika melihat pohon jeruk, ia merenungkan betapa mulianya jeruk yang telah memberikan vitamin c bagi kesehatan manusia.

Iqra' keempat (How to meditate)
Orang yang sudah sampai pada iqra' keempat ini telah melibatkan spiritualitasnya. Melibatkan cinta kasih yang sangat dalam. Maka tidak ada satu pun yang tidak bermakna baginya. Inilah yang dipegang oleh ilmuwan pada abad pertengahan. Ibnu Rusyd misalnya, beliau adalah fuqaha yang menulis buku Bidayatul Mujtahid. Seseorang yang membacanya akan merasa tidak ada lagi kitab fikih se-konferhensif Bidayatul Mujtahid. Lupa kalau Bidayatul Mujtahid tersebut ditulis oleh seorang dokter yang menulis Kitab at Thib (buku kedokteran).

Membaca buku at Thib karangan Ibnu Rusyd juga siapa sangka beliau adalah seorang fuqaha. Tetapi ketika membaca satu karyanya lagi _Fashl al Maqal fima bayna al Hikmah wa al syari'ah min al Ittishal_ siapa sangka bahwa penulisnya adalah seorang fuqaha dan seorang dokter. Ketika membaca kitab tersebut seseorang akan merasa bahwa penulisnya adalah seorang sufi yang sangat hebat. 

Demikian utuhnya pribadi yang dimiliki oleh seorang Ibnu Rusyd, beliau adalah seorang sufi, fuqaha dan juga dokter. Prakteknya pada pagi hari adalah qadi, disiang hari beliau adalah filosof  dan dimalam hari ia seorang sufi.

Demikianlah Islam mengajarkan iqra' pada manusia. Mustahil seorang mencapai pribadi yang utuh tanpa perubahan metodologi dalam membaca.

Wa Allahu al muwafiq ila aqwam at thariq
Wassalam

Oleh: Meta R. Sari

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemahaman Bermakna dan Pertanyaan Pemantik

Perencanaan Pembelajaran SD/ Paket A

Kumpulan Soal Budaya Melayu Riau (BMR) Kelas VI

Hadits Tarbawi tentang Peran Orangtua dalam Pendidikan

Merdeka Belajar; Asas Trikon

Materi Sekolah Islam Gender (SIG)

Asas Trikon

Hari Anak Nasional (HAN) 2022