Arkoun dan Kritik Ortodoksi Ajaran Islam
Zaman beralih musim bertukar (sesuatu itu hendaklah disesuaikan dengan peralihan masa), inilah peribahasa yang dapat mewakili pemikiran dari seorang pemikir Islam, Arkoun. Intelektual Aljazair kelahiran 1 Februari 1928 ini mengingatkan akan tanggung jawab para ulama dan pemikir Islam yang berkewajiban dalam memahami dan menafsirkan kembali ajaran Islam yang relevan dengan perkembangan zaman.
Pemikiran Arkoun tentang interpretasi Al-Qur'an merupakan respon dari kegelisahan Arkoun terhadap standarisasi dari pembukuan dan pembakuan ajaran Islam oleh para ulama terdahulu hingga sekarang yang belum mengalami perubahan yang begitu signifikan, bahkan doktrin tersebut masih dipelajari pada masa sekarang. Padahal kehidupan manusia selalu berubah dari masa ke masa.
Keprihatinan Arkoun terhadap ajaran agama yang ortodoks terukir jelas dalam bukunya yang berjudul "Rethinkkink Islam: Common Question, Uncommon answer, today". Arkoun berkata:
"Saya tidak mengatakan bahwa Al-Qur'an tidak relevan... Yang saya katakan adalah, bahwa pemikiran yang dipakai oleh para teolog dan fuqaha' untuk menafsirkan Al-Qur'an tidak relevan. Sebab, sekarang ilmu baru seperti antropologi, tidak mereka kuasai. Kita juga memiliki linguistik baru, metode sejarah, biologi__ semuanya tidak mereka kuasai. Dengan episteme yang sama, yakni berdasarkan teksnya, Al-Qur'an yang berbahasa Arab, dianggap mempunyai persamaan dengan teks-teks sastra atau kitab suci lainnya".
Arkoun menekankan bahwa, Islam bukanlah agama yang kaku dan dogmatis, maka tugas utama para pemikir Islam menurut Arkoun adalah membongkar epistemologi Islam tradisional karena dianggap telah membentuk ortodoksi Islam yang telah mengendap lama dalam nalar umat Islam. Sumber utama sistem ortodoksi yang rigid itu menurutnya adalah posisi Al-Qur'an. Dogma-dogma kaku dalam Islam disebabkan oleh ketidakmampuan muslim dalam menangkap pesan orisinil Al-Qur'an sebagaimana pada periode awal (periode kenabian) sebagai korpus terbuka. Ketidakmampuan muslim dalam menangkap pesan orisinil Inilah yang melatarbelakangi peradaban Islam termasuk dalam kategori peradaban teks, semua problem dikembalikan kepada teks. Sehingga sistem ortodoksi Islam menghambat gerak laju nalar untuk maju dalam mengejar ketertinggalannya dari Barat.
Menanggapi problematika umat Islam yang melatarbelakangi keterbelakangan umat Islam yang terjadi saat ini, Arkoun termasuk intelektual muslim yang sangat berani melakukan pembaharuan dalam memahami dan menafsirkan kembali Al-Qur'an dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan metodologi yang di impor dari Barat, seperti metode penafsiran Historis-Antropilogis, Linguistik-Semiotika dan teologis-Religius.
Bahan bacaan: berbagai sumber
Oleh: Meta Ratna Sari
(Mahasiswa UIN Suska Riau/FTK/PAI/FIQIH/3/B)
Pemikiran Arkoun tentang interpretasi Al-Qur'an merupakan respon dari kegelisahan Arkoun terhadap standarisasi dari pembukuan dan pembakuan ajaran Islam oleh para ulama terdahulu hingga sekarang yang belum mengalami perubahan yang begitu signifikan, bahkan doktrin tersebut masih dipelajari pada masa sekarang. Padahal kehidupan manusia selalu berubah dari masa ke masa.
Keprihatinan Arkoun terhadap ajaran agama yang ortodoks terukir jelas dalam bukunya yang berjudul "Rethinkkink Islam: Common Question, Uncommon answer, today". Arkoun berkata:
"Saya tidak mengatakan bahwa Al-Qur'an tidak relevan... Yang saya katakan adalah, bahwa pemikiran yang dipakai oleh para teolog dan fuqaha' untuk menafsirkan Al-Qur'an tidak relevan. Sebab, sekarang ilmu baru seperti antropologi, tidak mereka kuasai. Kita juga memiliki linguistik baru, metode sejarah, biologi__ semuanya tidak mereka kuasai. Dengan episteme yang sama, yakni berdasarkan teksnya, Al-Qur'an yang berbahasa Arab, dianggap mempunyai persamaan dengan teks-teks sastra atau kitab suci lainnya".
Arkoun menekankan bahwa, Islam bukanlah agama yang kaku dan dogmatis, maka tugas utama para pemikir Islam menurut Arkoun adalah membongkar epistemologi Islam tradisional karena dianggap telah membentuk ortodoksi Islam yang telah mengendap lama dalam nalar umat Islam. Sumber utama sistem ortodoksi yang rigid itu menurutnya adalah posisi Al-Qur'an. Dogma-dogma kaku dalam Islam disebabkan oleh ketidakmampuan muslim dalam menangkap pesan orisinil Al-Qur'an sebagaimana pada periode awal (periode kenabian) sebagai korpus terbuka. Ketidakmampuan muslim dalam menangkap pesan orisinil Inilah yang melatarbelakangi peradaban Islam termasuk dalam kategori peradaban teks, semua problem dikembalikan kepada teks. Sehingga sistem ortodoksi Islam menghambat gerak laju nalar untuk maju dalam mengejar ketertinggalannya dari Barat.
Menanggapi problematika umat Islam yang melatarbelakangi keterbelakangan umat Islam yang terjadi saat ini, Arkoun termasuk intelektual muslim yang sangat berani melakukan pembaharuan dalam memahami dan menafsirkan kembali Al-Qur'an dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan metodologi yang di impor dari Barat, seperti metode penafsiran Historis-Antropilogis, Linguistik-Semiotika dan teologis-Religius.
Bahan bacaan: berbagai sumber
Oleh: Meta Ratna Sari
(Mahasiswa UIN Suska Riau/FTK/PAI/FIQIH/3/B)
Komentar
Posting Komentar