Ziarah; Sultan Thaha Syaifuddin
Pahlawan nasional Sultan Thaha Syaifuddin (1855-1904) lahir di Tanah pilih-Jambi pada pertengahan 1816. Beliau merupakan putra dari Raden M Fahrudin dan Syarifah Maryam atau Raden Mas Maryam.
Nama asli dari Sultan Thaha Syaifuddin adalah Raden Toha Jayaningrat. Karena beliau mengaji di Aceh, orang-orang Aceh memberi nama Raden Toha Syaifuddin. Syaifu berarti pedang, sedangkan Din artinya agama.
Perjuangan Sultan Thaha secara gencar dimulai setelah beliau naik tahta sebagai raja Jambi pada tahun 1855. Beliau mengambil keputusan membatalkan semua persetujuan dengan Belanda yang diadakan sebelumnya.
Untuk menghadapi Belanda, Sultan Thaha menghimpun seluruh kekuatan rakyat, pangeran dan panglima untuk melakukan musyawarah di bukit serpih Muara Tebo. Sultan Thaha memutuskan supaya mengpulkan bahan makanan yang cukup, tidak akan menyerah pada Belanda.
Pada bulan September 1903 beliau pergi ke Sungai Limau untuk bertemu dengan Sisingamangaraja dari Tapanuli. Kedua pemimpin tersebut bersumpah setia tidak akan menyerah kepada Belanda.
Sultan Thaha melanjutkan perjuangan ke Muara Tebo dan Betung Bedarah. Dalam perjalanan ini terjadilah pertempuran dengan Belanda yang memiliki persenjataan lengkap. Melalui politik adu domba, satu persatu benteng perlawanan rakyat Jambi jatuh ke tangan Belanda. Demikian pula para tokoh dan panglima banyak yang berguguran. Akhirnya Sultan Thaha gugur pada usia 88 tahun dalam sebuah serangan mendadak. Serangan tersebut diluncurkan pada subuh hari di sebuah talang di dusun Betung Bedarah. Jenazah beliau dibawa dan kemudian dimakamkan di Muara Tebo pada tahun 1904.
Lokasi:
https://maps.app.goo.gl/9BAppGDxmd11Qhbx5
Komentar
Posting Komentar