Refleksi Sebagai Bagian Dari Pembelajaran di SD

Salam dan bahagia ibu dan bapak guru!!

Pada materi kali ini kita akan membahas mengenai refleksi sebagai bagian dari pembelajaran pada jenjang SD. 

Apakah ibu dan bapak guru sudah rutin mengajak muridnya untuk melakukan refleksi di kelas? 

Kegiatan refleksi erat kaitanya dengan dimensi mandiri pada profil pelajar Pancasila. Untuk itu kebiasaan refleksi harus dibangun dan menjadi bagian rangkaian pembelajaran dikelas. Kegiatan refleksi bukan dilakukan karena kebetulan ada waktu tapi kita perlu mengadakan waktu untuk melakukan refleksi. Dengan demikian murid dapat belajar dari proses belajarnya untuk pembelajaran selanjutnya. 

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan saat memasukkan refleksi di dalam kegiatan pembelajaran. 

Pertama: Bagaimana membuat pertanyaan refleksi yang sesuai untuk murid 

Kedua: Kapan refleksi dilakukan 

Ketiga: Bagaimana guru memfasilitasi muridnya berefleksi 

Tiga hal inilah yang akan dibahas pada video ini.

Bagaimana membuat pertanyaan refleksi yang sesuai untuk murid? 

Tentunya perlu disesuaikan dengan tahapan perkembangan murid kita. Pada fase A misalnya, murid diharapkan dapat melakukan refleksi untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan dan keberhasilan dirinya. Sehingga bentuk pertanyaan bisa disesuaikan dengan kriteria ini. 

pada fase A refleksi masih berfokus pada ekspresi diri. Yang penting murid dapat nyaman berbicara, nyaman menjawab dan mengekspresikan dirinya. Guru pada fase A bisa berfokus kepada tiga hal ini dulu. Sebelum kepada kualitas jawaban dari murid. 

Lalu kita naik ke fase B yang muridnya diharapkan dapat mengidentifikasi situasi yang dapat mendukung dan menghambat pembelajaran dan pengembangan dirinya. Jadi bentuk pertanyaan juga dibuat untuk membantu murid menemukan situasi tersebut. Seperti bertanya:

Pada fase ini jika murid sudah nyaman berekspresi guru dapat mengarahkan ke kualitas jawaban dari refleksi murid. 

Naik ke fase C, murid diharapkan dapat mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat mendukung atau menghambat nya dalam belajar dan mengembangkan diri serta cara-cara untuk mengatasi kekurangannya. Jadi bentuk pertanyaan seharusnya dapat menggiring murid menemukan :

•• Hambatan dan cara mengatasinya

•• Membantu memahami dirinya saat belajar

•• Benilai hasil kerjanya sendiri 

•• Memikirkan bantuan apa yang ia butuhkan

•• sumberdaya yang paling membantunya

Tahapan alur perkembangan pada setiap fase inilah yang menjadi acuan kita dalam membuat pertanyaan refleksi. Tentunya pertanyaan refleksi juga dapat dikaitkan dengan materi yang dipelajari di kelas. Misal, mengaitkan pertanyaan refleksi dengan tiket Bhinneka Tunggal Ika saat mempelajarinya pada pelajaran PPKN dan sebagainya.

Guru juga dapat memanfaatkan respon murid terhadap pertanyaan refleksi untuk menjadi pertimbangan dalam merencanakan kegiatan belajar di kelas. Misalnya respon mereka saat menjawab hal yang berkaitan dengan sumber daya yang dapat membantunya belajar lebih baik. Jenis pertanyaan seperti ini dapat mulai diberikan pada fase B. 

Setelah membuat pertanyaan, lalu kapan refleksi dilakukan? 

Sebenarnya tidak ada ketentuan baku kapan refleksi dilakukan, dikembalikan lagi kepada tujuan dari refleksi itu sendiri. Misalnya saat melakukan refleksi sebagai bagian dari pembelajarapembelajaran. Kita mengharapkan murid dapat melihat kembali proses belajar yang dilaluinya dan hasil yang mereka berikan. Berarti refleksi dapat dilakukan ketika proses sedang berjalan dan di akhir saat sudah ada hasil pembelajaran yang dibuat. Misalnya di akhir unit pembelajaran, setelah melakukan asesmen formatif, setelah pembagian hasil tes atau asesmen formatif di akhir proyek. 

Walaupun pertanyaan sudah kita siapkan, bisa saja murid belum melakukan refleksi dengan mendalam. Terlebih untuk murid yang belum terbiasa melakukan refleksi. Lalu bagaimana guru memfasilitasi muridnya yang merefleksi?

salah satu caranya bisa dengan memberikan daftar capaian-capaian yang dilalui pada serangkaian proses belajar. Dari daftar ini murid dapat menentukan mana yang ia bisa, masih perlu belajar, paling puas dengan hasilnya dan sebagainya. Bisa juga dengan memberikan pertanyaan tambahan yang memandu. Misalnya ibu dan bapak guru mengajak muridnya refleksi saat membagikan hasil tes matematika. Kemudian salah satu murid kesulitan menjawab pertanyaan refleksi mengenai hal yang mendukung dirinya dalam mengerjakan tes tersebut. 

Ibu dan bapak guru dapat membantu dengan memberikan pertanyaan tambahan secara lisan. Seperti:

• Apa yang membuatmu merasa mudah dalam menjawab soal-soal ini? 

•• Apa yang kamu lakukan sehingga kamu bisa menjawabnya?

ibu dan bapak guru juga perlu menciptakan suasana yang mendukung. Refleksi memerlukan keterbukaan murid, baik pada dirinya sendiri serta gurunya. 

Ibu dan bapak guru masih ingat dengan posisi kontrol guru?

Hika kita memerankan posisi kontrol penghukum atau pembuat rasa bersalah akan susah membuat murid terbuka untuk refleksi murid cenderung takut dimarahi atau khawatir disudutkan. 

Jika ibu dan bapak guru ingat kembali topik disiplin positif restitusi juga merupakan proses refleksi. Jadi lingkungan belajar yang nyaman dan budaya positif, disiplin, penting untuk mendukung kebiasaan refleksi. 

Ibu dan bapak guru, sebaiknya kita tidak memaksa murid Jika dia tidak mau menunjukkan hasil refleksinya. Ingat, bahwa pelaku dan konsumen utama dari proses refleksi adalah diri sendiri. Murid punya hak untuk menjaga privasi dari hasil refleksinya . Kita juga perlu memilah pertanyaan-pertanyaan mana yang cukup disimpan oleh murid dalam jurnal pribadinya atau pertanyaan yang bisa didokumentasikan dan dijadikan sebagai portofolio kelas. 

Terakhir kita perlu mengenali pada fase mana kemampuan murid berada. Bisa jadi ada murid-murid kita di fase c yang kemampuan refleksinya masih di fase b atau bahkan A atau malah menuju ke fase D. Mungkin juga murid fase A kemampuan refleksinya masih di fase PAUD. Jika ini terjadi ibu dan guru perlu memfasilitasi murid tersebut dengan pertanyaan refleksi yang sesuai dengan kemampuannya. 

Murid yang belum mencapai sesuai fasenya perlu kita bimbing menuju kemampuan sesuai fasenya. Murid yang melampaui fasenya perlu kita fasilitasi agar tetap berkembang dan sesuai kebutuhannya. Untuk memfasilitasi murid dengan kemampuan di jenjang yang berbeda, ibu dan bapak guru dapat melihat video materi refleksi sebagai bagian dari pembelajaran di PAUD atau jenjang SMP. 

Sekarang mari kita ingat kembali kebiasaan refleksi yang sudah dilakukan selama ini. 

Apakah menurut ibu dan bapak guru Sesuai dengan perkembangan murid? 

Apakah lingkungan belajar sudah mendukung?

Kemudian apa yang bisa kita perbaiki untuk mendukung murid kita menjadi pembelajar yang mandiri dan mendapatkan manfaat dari refleksi

Selamat belajar dan mencoba ibu-bapak guru hebat salam dan bahagia 

_______

Teks diatas disalin dari modul belajar pada platform merdeka mengajar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemahaman Bermakna dan Pertanyaan Pemantik

Perencanaan Pembelajaran SD/ Paket A

Kumpulan Soal Budaya Melayu Riau (BMR) Kelas VI

Hadits Tarbawi tentang Peran Orangtua dalam Pendidikan

Merdeka Belajar; Asas Trikon

Materi Sekolah Islam Gender (SIG)

Asas Trikon

Hari Anak Nasional (HAN) 2022