Postingan

Penggunaan Media dalam Pembelajaran SKI

BAB II PEMBAHASAN Media Pembelajaran yang Digunakan dalam Menyampaikan Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada Materi Dinasti Bani Abbasiyah A.     Sejarah Berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah Daulah Abbasiyah didirikan oleh keturunan Abbas paman Rasulullah, yaitu: Abdullah al-Suffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah al-Abbas. Daulah Abbasiyah terbagi menjadi 4 periode. Selama dinasti ini berkuasa pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan politik, sosial, dan kultur budaya yang terjadi pada masa-masa tersebut. [1] Sejarah Peralihan kekuasaan dari Daulah Umayyah kepada daulah Abasiyah bermula ketika adanya pihak oposan yakni Bani Hasyim yang menuntut kepemimpinan Islam Berada di tangan mereka karena mereka adalah keluarga Nabi saw yang terdekat. Tuntutan itu sebenarnya sudah ada sejak lama, tapi baru menjelma menjadi gerakan ketika Bani Umayyah naik takhta dengan mengalahkan Ali bin Abi Talib dan bersikap keras terhadap Bani Hasyim. Alasan lainnya kenapa m

Arkoun dan Kritik Ortodoksi Ajaran Islam

Zaman beralih musim bertukar (sesuatu itu hendaklah disesuaikan dengan peralihan masa), inilah peribahasa yang dapat mewakili pemikiran dari seorang pemikir Islam, Arkoun. Intelektual Aljazair kelahiran 1 Februari 1928 ini mengingatkan akan tanggung jawab para ulama dan pemikir Islam yang berkewajiban dalam memahami dan menafsirkan kembali ajaran Islam yang relevan dengan perkembangan zaman. Pemikiran Arkoun tentang interpretasi Al-Qur'an merupakan respon dari kegelisahan Arkoun terhadap standarisasi dari pembukuan dan pembakuan ajaran Islam oleh para ulama terdahulu hingga sekarang yang belum mengalami perubahan yang begitu signifikan, bahkan doktrin tersebut masih dipelajari pada masa sekarang. Padahal kehidupan manusia selalu berubah dari masa ke masa. Keprihatinan Arkoun terhadap ajaran agama yang ortodoks terukir jelas dalam bukunya yang berjudul "Rethinkkink Islam: Common Question, Uncommon answer, today". Arkoun berkata: "Saya tidak mengatakan bahwa Al-Qu

Pembaharuan Pemikiran Muhammad Arkoun

Arkoun dan Akar Epistemologi Islam Muhammad Arkoun (2.1928), adalah seorang tokoh intelektual Muslim. Secara cemerlang, Arkoun mengakui dirinya sebagai sejarawan-pemikir dan bukan sejarawan-pemikiran. Karena menurutnya sejarawan-pemikir tidak hanya bertutur “tentang” sejarah pemikiran belaka secara pasif, tapi juga aktif bertutur “dalam” sejarah. Pengakuan Arkon sebagai sejarawan-pemikir dapat dilihat dari tutur Arkon “dalam” sejarah atau keadaan umat yang terjadi saat ini yang tengah mengalami keterbalakangan. Kegelisahan Arkoun yang mewarnai disetiap pemikirannya merupakan respon dari keprihatinan Arkoun tarhadap peradaban Islam yang Ortodoksisme (paham yang menekankan pada penafsiran nash-nash yang pasti dan benar, sehingga menganggap penafsiran yang lain adalah salah). Arkoun begitu menyesalkan   pembakuan dan pembukuan doktrin ajaran Agama yang dilakukan oleh para ulama Abbasiyah yang dianggap sebagai standarisasi. Arkoun menilai Standarisasi dari pembakuan dan pembuk