Kisah Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah bersama Gurunya

 Pada kesempatan yang berbahagia ini kami akan membawakan sebuah kisah tentang Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah memiliki nama lengkap Abu Abdullah Syamsuddin Muhammad bin Abi Bakar bin Ayyub bin Sa'ad bin Hariz az-Zur'i ad-Dimasyqi al-Hanbali. Beliau adalah seorang ulama Islam sangat berpengaruh dari abad ke-13. Ibnul Qayyim al-Jauziyyah Lahir di Damaskus, padahal tahun 1292 Masehi. 

Mari kita simak kisah Ibnu Qayyim al-Jauziyyah bersama gurunya 

Di tengah kejayaan ilmu Islam, lahirlah seorang anak yang kelak mengguncang dunia keilmuan. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah sejak kecil sudah mencintai ilmu. Hari-harinya dipenuhi lembaran kitab dan mencari hikmah dari para ulama besar. 
Pencariannya membawanya kepada seorang guru besar Ibnu Taimiyah. Seorang ulama besar yang berani menantang pemikiran yang keliru. 

Ibnu Qayyim sangat menghargai dan menghormati gurunya dengan segenap cinta karena ketawaduan dan ketaatannya pada Allah Swt. Ibnu Qayyim bukan hanya sekedar murid, tetapi juga sahabat setia, ilmunya terus berkembang hingga ia menjadi salah satu ulama paling berpengaruh pada masanya. 

Tidak bisa dimungkiri, ilmu dan kebenaran sering kali datang dengan ujian. Ketegasan gurunya, Ibnu Taimiyah membuatnya dipenjara. Sebagai seorang murid, Ibnu Qayyim memilih setia tetap di sisi gurunya hingga dipenjara. Bagi Ibnu Qayyim penjara bukanlah akhir, ini adalah awal dari ujian terbesar dalam hidupnya. Di balik jeruji Ibnu Taimiyah tak berhenti menulis ilmu tetap mengalir meskipun berada dalam kurungan. Beliau gigih menyebarkan ilmunya walaupun menghadapi banyak rintangan bersama gurunya.  

Setelah kematian gurunya Ibnu Qayyim harus berdiri sendiri. Sang guru telah tiada, namun warisan ilmunya tak boleh padam. Kini ia berdiri sendiri, tak hanya seorang murid tetapi penerus perjuangan. Dari seorang murid, ia menjadi guru. Dari seorang pencari ilmu, ia menjadi penyebar hikmah. Ia menulis, mengajar dan berdakwah mengajarkan ilmu yang ia wariskan kepada dunia. 

Malam demi malam Ibnu Qayyim menuangkan pemikirannya ke dalam lembaran-lembaran kitab salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Madarijus Salikin, membimbing jiwa menuju ketakwaan. karyanya tak hanya dibaca tetapi menjadi panduan bagi generasi setelahnya. Narasi ia tak hanya menulis tetapi juga mengajarkan akidah yang lurus mengajak umat kembali kepada Alquran dan Sunah. 

Bertahun-tahun mengajar dan menulis, tubuhnya mulai melemah. Namun semangatnya tak pernah pudar. ia berpesan kepada murid-muridnya bahwa ilmu harus terus disebarkan dan kebenaran harus tetap ditegakkan. Pada tahun 1350 Masehi Ibnu Qayyim menghembuskan nadas terakhirnya. Namun warisannya tak pernah mati, kata-katanya terus hidup, kitabnya masih menjadi rujukan. Pemikirannya tetap menginspirasi, ilmu tak akan mati, warisan Ibnu Qayyim tetap bersinar hingga hari ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemahaman Bermakna dan Pertanyaan Pemantik

Kumpulan Soal Budaya Melayu Riau (BMR) Kelas VI

Perencanaan Pembelajaran SD/ Paket A

Materi Sekolah Islam Gender (SIG)

Hadits Tarbawi tentang Peran Orangtua dalam Pendidikan

Perempuan dan Gender

Merdeka Belajar; Asas Trikon

DAFTAR ISI

Asas Trikon