Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

Nasaruddin Umar: Iqra' 2

Refleksi terhadap Pemikiran Nasaruddin Umar بسم ﷲ الرحمن الرحيم IQRA' 2 Ada hal yang jarang di bahas didalam kitab tafsir dan jarang pula dibahas dalam pengajian, padahal amat sangat penting.  Mengapa malaikat Jibril menggunakan kalimat perintah _iqra'_ hingga tiga kali. Tidak mungkin sosok seperti Jibril mubazir dalam kata. Pasti ada makna dibalik itu. Rasulullah sepertinya juga bingung ketika menerima perintah "membaca". Lantas beliau menjawab "maa ana bi Qari" (saya bukan pembaca). Secara ilmu semantik _Qara'a_ merupakan suatu kosa kata yang tidak familiar di bangsa Arab pada waktu itu. Karena _Qara'a_ itu padanan katanya _kataba_. _Qara'a_  berarti membaca kitab suci sementara dunia Arab tidak pernah turun kitab sebelumnya.  Rasanya tidak bisa diterjemahkan bahwa nabi Muhammad Saw itu buta huruf hanya karena memahami iqra' yang diartikan "maa ana bi Qari" (saya bukan pembaca). Apa kita bangga dipimpin

Nasaruddin Umar: Iqra'

Refleksi terhadap Pemikiran Nasaruddin Umar بسم اﷲ الرحمن الرحم IQRA' _Iqra '_ merupakan simbol ilmu pengetahuan, sedangkan _Bi ismi rabbik_ sebagai simbol agama. Iqra' tanpa _bi ismi rabbik_ atau _bi ismi rabbik_ tanpa iqra ' terbukti tidak mengangkat martabat manusia. Menguntip pendapat Prof. Hull dalam _History and Philosophy of science_, Prof Nasaruddin Umar memaparkan bahwa siklus pergumulan antara agama dan ilmu pengetahuan terjadi setiap 6 (enam) abad: Abad VI SM - I M: Ditandai dengan lahirnya tokoh filsafat Yunani terkemuka seperti Tales, Pyitagoras, Aristoteles dan Plato. Tokoh agama hampir tidak ditemukan Abad I M - VI M: Diawali lahirnya Nabi Isa, periode ini ditandai merosotnya popularitas filsuf/ilmuan dan menguatnya peran penguasa yang berkoalisi dengan Gereja yang mengaku wakil Tuhan di bumi. Mengkaji ilmu pengetahuan menjadi petaka bila bertentangan dengan pendapat Gereja. Abad VI M - XII M: Diawali dengan lahirnya Nabi

Nasaruddin Umar: Maqam-maqam Spiritual; Dari Religiousness ke Religious Minded

Refleksi terhadap Pemikiran Nasaruddin Umar بسم اﷲ الرحمن الرحم _Maqam-maqam Spiritual; Dari Religiousness ke Religious Minded_ Dalam tradisi Islam ada dua model seseorang didalam menampilkan sikap keagamaannya. Pertama model Religiousness dan kedua Religious Minded Sikap Religiousness cenderung memandang agama secara Hitam-Putih. Pandangan ini mendekati garis keras, suasana batin ini lebih berpotensi berbenturan dengan golongan yang tidak sepaham dengan keyakinannya Pola keagamaan Religious Minded cenderung lebih terbuka dan tidak khawatir kemanapun pergi dan apapun yang dikerjakan sepanjang tidak melanggar prinsip ajaran agama. Jalan hidup tidak hanya Hitam-Putih melainkan ada sejumlah warna lain yang dimungkinkan dalam Islam Keagamaan Religious Minded lebih relevan untuk dikembangkan sesuai dengan sabda Rasulullah Saw: _" Hikmah atau kebajikan ada dimana-mana, dimana pun anda temukan ambillah karena itu milik Islam" _ Wa Allahu al muwafiq ila aqwa